Monday, October 25, 2010

Memacu Adrenalin bersama Joki Cilik di Dompu


Jangan bayangkan stadion pacuan kuda yang mewah dan pengamanan lengkap pada joki. Di sini pagar pemisah penonton dan lintasan hanya terbuat dari bambu sederhana. Riuh suara penonton meneriaki nama kuda jagoan mereka, beradu dengan derap kaki kuda, dan suara panitia dari pengeras suara. Podium penonton pun terbuat dari kayu. Joki kuda berumur kurang dari 11 tahun, dan yang paling mencengangkan kuda ditunggangi tanpa pelana. Rasakan adrenalin mengalir selama menyaksikan pacoa jara (pacuan kuda) tradisional Sumbawa. Selamat datang di Stadion Lembah Kara Dompu. 

(Bersaing jadi pemenang, YF)

Ketika saya mengunjunjungi stadion ini (5 Oktober 2010) sedang berlangsung semi final pacoa jara untuk memperingati HUT TNI. Di Dompu Pacoa jara diadakan empat kali dalam setahun, yaitu pada HUT Bhayangkari, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, HUT TNI dan Hari Ulang Tahun Dompu. Setiap kejuaraan diadakan oleh Pemerintah Daerah Dompu, bekerja sama dengan Porbasi. 

Selain di Dompu, pacoa jara juga mengambil tempat di Bima, Sumbawa dan Lombok. Setiap perlombaan dihadiri oleh kuda kuda terbaik dari seluruh Sumbawa dan Lombok. Kali ini kejuaraan berlangsung sepuluh hari dari 27 September 2010. Peserta mencapai 700 tim, terbagi dalam 18 seri berdasarkan usia dan tinggi kuda. Dengan uang pendaftaran Rp. 200.000 mereka memperebutkan sapi untuk setiap juara seri dan tentu saja kebanggaan.

Joki cilik mulai berlatih sejak usia empat tahun dan ketika berumur sekitar tujuh tahun sudah pensiun. Joki tidak memiliki kuda tunggangan sendiri, mereka dibayar sekitar Rp. 35.000 sampai Rp. 50.000 oleh pemilik kuda untuk satu kali putaran dan tentu bonus jika menang. Dengan pengamanan yang minim, resiko yang ditanggung joki tidak sedikit. Banyak joki yang terjatuh dari kuda sampai patah tangan atau kaki, tapi kebanyakan hanya lecet. Diobati secara tradisional dan sudah bisa kembali berlaga keesokan harinya. Saya sempat berbincang sejenak dengan mantan joki bernama Yono berusia sepuluh tahun. Dia mengatakan pernah memenangkan sepeda motor, tapi belum bisa mengendarainya.

Sayangnya, ketika saya bertanya kepada Bapak Afit, pemilik kuda, apa ada joki cilik yang ketika dewasa direkrut oleh Porbasi untuk menjadi atlet profesional, beliau menjawab "Belum ada". Sungguh disayangkan, karena potensi yang dimiliki joki-joki cilik di Sumbawa sangat besar. Saya juga bertanya apakah joki cilik ini bersekolah. Beliau menjawab, jika sedang kejuaraan seperti ini, mereka membolos. 

Pacoa jara dengan joki cilik telah menjadi hiburan rakyat, tradisi dan daya tarik pariwisata di Sumbawa. (HRA)

Dikutip dari "Memacu Adrenalin bersama Joki Cilik di Dompu" di  http://de.tk/tktov

Pesona Alam Nusa Tenggara Barat


Setelah melakukan perjalanan selama dua minggu di Bumi Nusa Tenggara Barat, tak ada kata yang padan untuk menggambarkan keindahannya. Saya jatuh hati. Berharap suatu hari nanti, memiliki keberanian untuk meninggalkan hiruk-pikuk ibu kota. Menepi, menyepi mencari damai sejati.

Nusa Tenggara Barat bukan hanya Lombok, bukan hanya Senggigi, bukan hanya Gili Trawangan. Ada Sumbawa, ada Tambora, ada Satonda. Masing-masing menarik hati dengan pesona yang jika dilihat akan tertanam di memori. 

Bisa dikatakan, NTB memiliki berbagai destinasi yang memiliki pasarnya masing-masing. Semua orang akan menemukan keindahannya. Pecinta selancar, selam, gunung, pantai, kuliner, alam budaya, hingga adrenalin rush seeker. 

Pecinta surfing: Lakey Hu'u (Dompu), Sekongkang (Sumbawa Barat)
Pendaki gunung: Tambora, Rinjani
Adrenalin rush seeker: Pulau Ular Wera (Bima), Pacoa Jara (Dompu)
Wisata budaya: Desa Bayan (Lombok Utara), Desa Sade (Lombok Tengah)
Diving dan snorkling: Pulau Moyo (Sumbawa Besar), Gili Trawangan, Gili Meno Gili Air
Pantai, banyak sekali pantai yang ada mulai dari timur Sumbawa hingga barat Lombok: Lakey Hu'u, Pulau Satonda, Pulau Moyo, Sekongkang, Maluk (Sumbawa), Senggigi, Tanjung Aan, Seger, Mawun, Gili Trawangan, Gili Meno Gili Air (Lombok)
Pemburu Sunset: Malimbu (dekat Senggigi), Pura Batu Bolong (Batu Layar), Sunset View (G. Trawangan)
Oleh-oleh: tenun, madu hutan, susu kuda liar, dodol rumput laut, terasi lombok, kopi, dan perhiasan mutiara. 
Kuliner: ayam taliwang, plecing kangkung, ikan kuah sepat, sate bulayak, bebalung, sate pusut (http://de.tk/GOJCW)

Dan, percaya atau tidak, masih banyak lagi destinasi menarik yang tak kami kunjungi. Berbagai Gili di Lombok Timur dan Lombok Selatan belum kami sapa. Pantai Lunyuk, Pantai Punti Suromandi dan Desa Tepal di Sumbawa tak sempat dijelajah. 

Berbagai pengalaman menarik saya dapatkan selama mengunjungi NTB. Pengalaman pertama mencoba nyirih (http://de.tk/6pK7e), diving dan snorkling bertemu penyu (http://de.tk/cMZzu), memegang ular laut berbisa yang jinak (http://de.tk/4lKAY), dan menyaksikan pacuan kuda tanpa pelana (http://de.tk/tktov). Saya juga beruntung dapat bertemu orang-orang unik yang dengan caranya masing-masing berhasil memikat saya. Ada Pak Marjan yang mendirikan konservasi penyu secara swadaya dan swadana (http://de.tk/lAxMk), alm. Pak Husin bule Selandia Baru yang membersihkan Pantai Senggigi (http://de.tk/jv8MW), Mamiq yang mengajarkan cara memaknai hidup (http://de.tk/NPhsW), dan saya mendengar cerita dari Bang Sapar, nelayan panah yang menyelam dengan menggunakan kompresor (http://de.tk/KYN8w).

Nusa Tenggara Barat. Berjuta pesona menunggu untuk dijajaki. Mari kita kunjungi bumi NTB, takkan rela hati jika Gili Trawangan mendapat julukan kampung bule, saking banyaknya bule yang berkunjung (http://de.tk/GkpOL

Dukung grup Nusa Tenggara Barat dalam program Aku Cinta Indonesia (ACI) dari detik.com dengan melakukan voting di http://bit.ly/plisvote
(HRA)