Friday, December 14, 2012

Bisul Kaki dan Asuransi Kesehatan

Hampir sebulan lalu, gw mulai mengeluhkan sakit di punggung kaki kanan. Lama-lama ada kaya benjolan kecil mirip jerawat. Gw pikir ya jerawat aja. Mentok mentok bisul, nanti juga muncul mata dan akan pecah sendiri. 

I'm sorry for the disturbing picture. :p

Gw ke poliklinik kantor dikasih salep dan dokter bilang "Nanti ilang sendiri". Baiklah. Selang tiga minggu, kok malah mengeras ya? Gak muncul mata tapi malah ada kaya legokan cekung gitu. Dan, untuk dipake jalan jauh apa lagi jogging sakit. Ke poliklinik untuk kedua kalinya, disarankan buat dikeluarkan. Karena di klinik kantor gak ada fasilitas untuk tindakan, jadi gw dirujuk ke dokter bedah. Gw nanya-nanya sama dokter poliklinik tentang prosedurnya. Dia jelasin bahwa sekeliling si bisul ini dibuka, lalu isinya akan dikeluarkan. sounds simple huh? indeed it is.

Jadi lah pas hari Senin kemarin, 10 Desember 2012, gw ke salah satu RS di Jakarta Selatan bikin appointment dengan dokter bedah. Dalam pikiran gw itu prosedur simple yang bisa dilakukan di ruang praktek dokter. yes assumption is mother of all fuck ups. Dokter bilang ini disebut soft tissue tumor, akan dikeluarkan dengan eksisi lalu materi yang dikeluarkan akan dibiopsi. Pardon my french, I am an engineer not a doctor. Kalo materinya jinak, ketika jaitan kering ya selesai. wait apa dok? jaitan? "Jadi kapan mau dilakukan?" "Hari ini bisa dok?" kata gw, gagah. "Kalo gitu saya coba cek jadwal kamar oprasinya ya." Apa dok? di ruang oprasi? Gak bisa di sini aja? 

Perdana dalam hidup gw, berbaring di meja oprasi pake baju ijo itu. Walau cuman pembedahan seucrit gini tetep aja deg-degan. Pasrah. Nothing i can do, and fully rely on the doctor. Dokter bilang bahwa gw akan dibius, terasa sakit pas disuntik dan anestesi ngalir di jaringan otot gw. Dokter lalu nanya, sakit? Numb. I feel numb. dok, boleh bius hati saya biar mati rasa juga dok? hoosshh becareful what u say Hanin.

Then this thought crossed in my mind. Buat dibius aja, yang katanya biar gak ngerasain sakit, kita harus merasakan sakitnya disuntik dulu. Cuman mau emphasize di situ aja.

Before i know, udah selesai aja gitu. Satu jahitan, kata dokternya. Materi yang diambil ditunjukkin ke gw. Putih susu, kaya lemak jerawat yg udah membeku, sebesar kacang tanah kira-kira. Itu akan dibawa ke lab untuk dilihat berbahaya apa enggak. Doain gak berbahaya ya? Iya. Hasilnya seminggu kemudian sekalian lepas perban. Gw dikasih nomer hp dia, ditulis sama dia di kertas resep. Unyu banget. well, more unyu if he wasn't operating me. Kalo ada apa-apa, sms aja. Iya dok! Aku padamu dok!

Daaannnn, do you know how much i spent for that procedure? Well technically say, my insurance spent on it? Dua juta seperempat sodara-sodara!

Gw gak akan membahas if my doctor overly doing it atau komersialilasi RS atau apapun. Tapi for a simple procedure abis segitu banyak. Gak usah ngomongin yang sampe opname. ini prosedur 15menit, dua juta seperempat.

Bayangkan kalo gw gak punya health insurance. Ya mungkin gw gak bakal ke RS Swasta sih, mungkin ke puskesmas kecamatan aja. But i went to that hospital anyway. Sayang gak sih kalo gw musti jebol dana darurat buat bayar RS gitu. Ini kalo gw punya dana darurat. Lebih parah lagi, kalo gw gak punya dana darurat gimana? Bayar pake apa cyiinn? That is my friend, the importance of having a health insurance.
Insurance is the equitable transfer of the risk of a loss, from one entity to another in exchange for payment.
Wikipedia aja tau! menurut ngana?

Memindahkan resiko. Resiko gw bayar RS, gw oper ke asuransi dengan gw (in this case kantor gw) bayar iuran rutin. Anggep uang ilang, kalo ada "apa-apa" baru gw dapet manfaatnya. Kalo gw gak pake asuransi berarti gw sehat kan? Berarti gak terjadi "apa-apa" kan dengan gw? Berarti untung dong, gw sehat! Jangan deh mikir, rugi dong gw bayar rutin ke asuransi tapi gw gak klaim apa-apa. Dalam kata lain maksudnya, rugi gitu kalo gak sakit?

Simple logic, my friend!

Asuransi kesehatan itu penting sodara-sodara. Semua harus punya! Gak peduli resiko apa pun. Mana gw pernah kebayang bakal ada bisul membatu yang ngabisin dua juta seperempat gini kan? 

Pernah gw ditawarin kerja sama temen gw. Perusahaan tambang, tapi gw kebagian kerja di kantor Jakarta. Gw tanya tentang asuransi kesehatan. Dijawabnya, "kan Hanin kerjanya di Jakarta (bukan di site) jadi resiko kecelakaan kerjanya minim." Lha, terus kalo bisul gini gw bayar sendiri? Tentu saja tawaran kerja itu (karna satu dan lain hal) gw tolak. 

Well, jadi panjang dan melebar. Udah dapet logika yang mau gw sampaikan, kan? Itu aja kok. selain semi curhat. :p

cheers,
 
disclaimer: gw bukan agen asuransi kesehatan

No comments:

Post a Comment